• mju_1.JPG
  • mju_1a.jpg
  • mju_2.jpg
  • mju_2a.jpg
  • mju_2b-ptsp.jpeg
  • mju_3.JPG
  • sandeqbanner.jpeg

Dapat kita jumpai sendiri di beberapa sudut kota dan pinggiran jalan kota Mamuju banyak aktifitas orang-orang yg membuat batu permata. Terdengar jelas di telinga suara-suara mesin gurinda untuk memotong-motong bongkahan sebelum dipoles menjadi sebuah cincin batu permata yang cantik.

Telah kita ketahui bersama bahwa "trend" memakai batu permata telah menjamur diberbagai masyarakat yang ada di Indonesia saat ini mulai dari batu chalcedony yang mempunyai banyak berbagai klasifikasi batu. Di antaranya yang banyak diminati dan dijual dipasaran dengan harga yang mahal yaitu batu bacan yang berasal dari wilayah Halmahera.

Tetapi batu permata di atas adalah salah satu batu yang berasal dari luar kota Mamuju. Di sini kita akan bercerita lebih banyak mengenai batu permata yang berasal dari Kabupaten Mamuju provinsi Sulawesi Barat.

Satu hal yang patut kita apresiasi dari menjamurnya batu permata di masyarakat Indonesia, karena banyak pencari batu permata yang berburu atau melakukan ekspedisi ke daerah-daerah yang ditengarai mempunyai kualitas batu yang baik.

Berdasarkan informasi yang didapatkan dari seorang warga Mamuju, mengenai keberadaan bongkahan-bongkahan batu permata yang baik untuk dibuat menjadi batu permata. Pada awal tahun 2012, mulailah dilakukan pencarian bongkahan batu permata ke Kecamatan Tapalang Barat, tepatnya di Desa Ahu, yang dilakukan oleh beberapa orang yang berasal dari kota Mamuju.

Setelah mengumpulkan beberapa bongkahan batu, kemudian bongkahan tersebut di poles menjadi sebuah batu permata yang cantik untuk digunakan. Upaya itu akhirnya membuat beberapa orang mulai banyak meminta untuk dibuatkan batu permata yang berasal dari Desa Ahu tersebut.

Adapun penamaan batu permata ini pertama kali dicetuskan oleh seorang warga Karema Utara yang melakukan pencarian dengan beberapa rekan-rekannya. Awalnya setelah beberapa batu permata dipoles menjadi sebuah permata yang cantik, maka muncullah sebuah ide bahwa baiknya batu tersebut dinamakan Batu Ngalo. Mengingat Ngalo adalah nama sebuah wilayah perairan lokasi penemuan batu tersebut. Dan memang batu tersebut diambil disepanjang pinggiran pantai yang lautnya masih dalam satu wilayah perairan Ngalo.

Dari waktu ke waktu seiring semakin menjamurnya pemakaian batu permata, maka batu Ngalo pun semakin diminati warga mamuju. Bahkan beberapa orang warga dari luar kabupaten Mamuju pun datang ke Desa Ahu untuk mencari bongkahan-bongkahan batu Ngalo.

 



Batu Ngalo juga telah beberapa kali diikut sertakan dalam pameran-pameran batu mulia di Makassar. Beberapa kabar dari warga Mamuju menyebutkan bahwa ada salah satu komunitas batu permata yang telah mengikutkan batu Ngalo dalam kontes batu permata dan bisa menyabet juara

Dari Pandangan beberapa para kolektor batu permata sewaktu mereka mengolah batu ini, sebenarnya batu permata dari Ngalo sangat berpotensi menjadi permata yang bernilai tinggi. Mengingat serat, jenis batu yang beragam dan warna yang dihasilkan itu mempunyai ciri khas tersendiri yang tidak dimiliki daerah lain di Indonesia.

Yang paling banyak dicari dan diminati dari batu Ngalo adalah serat seperti punggung kura-kura berwarna hijau ataupun ungu. Penamaan punggung kura-kura sendiri berasal dari para kolektor di Makassar yang mereka namai di pameran waktu itu. Batu permata yang telah diolah ini awalnya dihargai di pameran hingga dua juta rupiah. Dan sekarang banyak dipasaran yang mempunyai kwalitas super dijual sampai tiga sampai empat juta rupiah.

Pada Akhir Tahun 2014 beberapa orang telah menguji batu permata Ngalo di Gemological Laboratory yang berada di Makassar untuk mendapatkan spesifikasi dan identifikasi. Salah satu batu permata yang telah diuji lab itu beberapa diantaranya terdiri dari jenis Natural Mtorolite Chalcedony.

Hasilnya, kandungan yang ada di dalam batu Ngalo itu sangat jarang dijumpai di Indonesia. Mengingat bebatuan yang berasal dari Desa Ahu itu sangat Mirip dengan Jenis bebatuan yang ada di Negara Zimbabwe. Kandungan mtorolitesendiri adalah Jenis Chalcedony hijau yang telah diwarnai oleh kromium yang bisa ditemukan di Zimbabwe. Namun penilaian ini masih perlu diuji kebenarannya.

Indonesia mtorolite dari Sulawesi adalah bentuk hijau zamrud merah diwarnai oleh inklusi alami kromium. Pada awalnya, itu hanya datang dari satu tempat di dunia, yaitu Zimbabwe.

Satu kesyukuran kita karena pada saat ini sebagian masyarakat Desa Ahu kini bisa mempunyai penghasilan tambahan. Di waktu senggang, mereka memanfaatkan waktu mengumpulkan bongkahan-bongkahan batu untuk dijual kepada para pencari batu bongkahan batu Ngalo. Rata-rata dijual dengan harga Rp. 10.000,- sampai dengan Rp. 50.000,- per bongkahan.

Mungkin pada suatu saat nanti dengan dikenalnya batu Ngalo ini membawa nama daerah menjadi lebih dikenal. Batu permata yang berkelas dipasaran akan menjadi sumber rejeki bagi masyarakat setempat. Upaya ini tentu saja perlu didukung pemerintah.

Dan mungkin ada baiknya bagi para pejabat pemerintah daerah menjadikan salah satu batu permata Ngalo sebagai cinderamata untuk para tamu pejabat yang berkunjung atau berasal dari luar Sulawesi Barat. Untuk lebih mendongkrak pasaran batu permata Ngalo Agar lebih semakin dikenal masyarakat Indonesia.

 

 


--------------
url sumber, klik di sini ..  (dengan sedikit perbaikan)